Dalam Tafsir Ibnu Katsir1, disebutkan sebuah kisah yang masyhur berikut ini: Syekh Uthbi sedang berada di sisi makam Rasulullah ﷺ, tiba-tiba datanglah Arab Badui dan berkata: ”Assalaamualaika ya Rasulallah, aku telah mendengar ayat allah (lalu dibacakan QS al-Nisa: 64 di atas), maka sekarang aku datang ke hadapanmu berharap agar dosaku diampuni, aku mohon syafaatmu ke hadirat Tuhanku.
Kemudian Arab Badui ini mengucapkan syair: “Wahai sebaik-baik orang yg dimakamkan di lembah ini lagi paling agung, telah menjadi harum semua lembah dan pegunungan ini berkat keharumanmu, ingin aku tebus diriku dihadapan qubur yang didalamnya penuh kebaikan, kedermawanan, dan kemurahan ini.” Setelah itu berlalulah orang tersebut.
Berikutnya, saat aku (Syekh Uthbi) tidur, tiba-tiba aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah ﷺ, dan beliau bersabda: “Hai Uthbi, orang tadi itu betul, beritahulah dia, bahwa Allah ﷻ telah mengampuninya.” 2
Ada dua kelompok besar di kalangan muslimin dalam menafsirkan ayat An Nisa 4:64-65 ini. Kelompok jumhur, menganggap bahwa ayat tersebut menjadi dalil bolehnya bertawasul kepada Nabi ﷺ baik dalam ketika beliau hidup ataupun meninggal. Sedangkan kelompok lainnya menganggap bahwa tawassul kepada Nabi ﷺ tidak boleh dilakukan kecuali saat Nabi ﷺ masih hidup. Tawasul sendiri maksudnya adalah kita berdoa kepada Allah dengan membawa nama Nabi ﷺ agar lebih cepat terkabul. Misalnya, “Ya Allah, dengan kehormatan Nabimu, kabulkanlah doa kami.” 3
Jika memahami ayat An Nisa 4:64-65 seperti pemahaman di atas, yaitu jika berdosa harus menghadap pimpinan, itu jelas pemahamn yang amat jauh dari ayat al Quran itu sendiri. Karena ayat itu berbicara bahwa orang yang berbuat dzalim terhadap dirinya hendaknya mereka beristighfar dan meminta kepada Rasulullah ﷺ agar memintakan ampun atas mereka, ini namanya tawasul. Tawasul ini sebenarnya juga bisa dilakukan kepada orang shaleh, misalnya, kita meminta kepada seorang syekh/kiai agar beliau mendoakan kita agar kita diampuni dosa-dosanya. Karena syekh/kiai tersebut kita anggap sebagai orang yang shaleh dan sangat dekat dengan Allah, sehingga kita berharap doa kita bisa diqabulkan oleh Allah ﷻ. 4
Baca juga:
Tafsir yang lebih tepat mengenai Rasul
Istilah Rasul yang mengacu kepada Rasulullah adalah istilah baru
Kesimpulan mengenai Rasul
REFERENSI
1 Tafsir Ibnu Katsir untuk QS 4:64-65, diakses melalui aplikasi Al Quran (Tafsir & By Word)
2 Kisah di atas juga disebutkan oleh Imam Nawawi dalam kedua kitab beliau yaitu al-Majmu’ (Juz 8, halaman 217) dan al-Idhah (halaman 498). Imam al-Mawardi dalam kitabnya al-Hawi al-Kabir (juz 4 hal 214-215) mencantumkan kisah yang sama. Begitu pula dengan Imam al-Qarafi dalam al-Dzakhirah (juz 3 hal 275-276). Sumber: https://nadirhosen.net/tsaqofah/tafsir/119-tafsir-qs-al-nisa-ayat-64-bertawasul-kepada-nabi
3 Berdasarkan penjelasan Ust. Robi Pamungkas, ahli hadits, staf pengajar Ma’had Khadimus Sunnah Bandung
4 Berdasarkan penjelasan Ust. Robi Pamungkas, ahli hadits, staf pengajar Ma’had Khadimus Sunnah Bandung
Support Da’wah dan Kontak Kami di: