Masa kuliah termasuk masa yang paling membahagiakan bagi Rahmi. Selain memperoleh beberapa prestasi, Rahmi pun aktif di lembaga, yang saat itu dia yakini sebagai kebenaran. Banyak teman-teman Rahmi yang satu jurusan saat kuliah yang masuk ke dalam lembaga. Jumlahnya puluhan. Banyak juga kakak kelas di jurusan yang sama yang juga kader lembaga. Selain merasa satu jurusan, mereka juga jadi merasa lebih dekat lagi karena satu perjuangan. Perjuangan yang saat itu mereka anggap satu-satunya kebenaran.
Di awal-awal masa kuliah, Rahmi memang merupakan mahasiswa yang cukup cemerlang. IPKnya 3.83. Kandidat mahasiswa berprestasi. Juara nasional. Hebat deh pokoknya. Selain itu, Rahmi di lembaga juga termasuk kader yang cemerlang. Puluhan akhwat dia rekrut untuk masuk ke lembaga.
Saat itu, setiap pencapaian dunia, selalu Rahmi niatkan untuk Allah. “Niat karena Allah” ini maksudnya adalah selalu meniatkan agar bisa rekrut banyak orang ke lembaga. Jika berprestasi, maka diniatkan untuk da’wah ke lembaga. Jika banyak teman, maka diniatkan untuk da’wah ke lembaga. Jika punya rumah, diniatkan agar bisa dipakai oleh lembaga. Jika punya uang, diniatkan agar bisa disumbangkan untuk lembaga. Rahmi menganggap bahwa lembaga adalah satu-satunya jalan kebenaran.
Ada suatu unit di kampus di bidang keprofesian yang Rahmi dan teman-temannya ikuti. Unit keprofesian tersebut biasanya mendapat proyek-proyek amatiran dan juga mengikuti berbagai perlombaan. Nah, di unit itu, Rahmi bertemu dengan kakak kelas yang juga kader juga, sebut saja namanya Roni.
Roni juga sangat berprestasi. Setiap mengikuti lomba nasional atau internasional, pasti Roni menang. Roni menjadi juara lomba roket nasional dua tahun berturut-turut. Saking hebatnya, Roni pernah terbang bersama teman-temannya ke Amerika Serikat dan menjuarai lomba pembuatan roket di sana. Roni diundang untuk mengisi berbagai acara TV karena prestasinya.
Di lembaga, Roni juga termasuk kader yang disegani. Walaupun tidak banyak hasil rekrutnya, Roni cepat menghafal ayat-ayat dalam pembinaan. Roni juga pandai menjelaskan ayat-ayat yang diajarkan lembaga. Oleh karena itulah Roni diamanahi sebagai murobbi. Karena bakat dan tanggungjawabnya, Roni akhirnya diangkat menjadi pimpinan harian di lembaga.
Memutus harapan terhadap Roni
Pesona Roni tentu sulit untuk diabaikan oleh Rahmi. Karena prestasi dan keislaman Roni dalam lembaga, diam-diam Rahmi menyimpan perasaan pada Roni. Roni dan Rahmi satu jurusan, hanya terpaut satu tahun. Rumah Roni dan Rahmi juga ternyata satu komplek. Ditambah lagi, mereka sering bertemu di himpunan dan laboratorium. Berprestasi, berkedudukan, berpengaruh, hobby sama, rumah dekat, jurusan sama, satu unit keprofesian, bagaimana mungkin Rahmi tidak menyukai Roni? Sulit sekali sepertinya. Namun, Rahmi diajarkan oleh lembaga agar menekan habis perasaannya pada lawan jenis. Cinta hanya pada Allah. Cinta hanya pada Allah. Boleh cenderung pada manusia, tapi jangan ada harapan sama sekali.
Apalagi, pernikahan itu diatur oleh lembaga. Banyak akhwat yang lima tahun lebih tua dari Rahmi yang belum menikah. Secara logika, pimpinan akan mendahulukan akhwat-akhwat yang lebih dewasa untuk dinikahkan dengan ikhwan. Sedangkan Rahmi? Masih muda, baru masuk lembaga. Tidak ada harapan untuk bisa menikah dengan Roni. Roni terlalu hebat. Roni terlalu keren. Pasti akan dinikahkan dengan akhwat yang jauh lebih dewasa dan sholeh. Begitu, pikir Rahmi. Sehingga, walaupun Rahmi ada kecenderungan terhadap Roni, Rahmi tidak terpikir sama sekali akan dinikahkan oleh Roni. Biarkan perasaan itu disimpan oleh Rahmi sendiri saja.
Bersambung –>