Kesimpulan mengenai Syahadat Neo-NII

yadi satyaMarch 21, 2020

4 99 1 minute read

Praktek syahadat yang dipraktekan oleh Neo-NII selama ini tidak memiliki dalil dan hujjah yang shahih dan kuat; tidak dicontohkan oleh anak dan cucu Nabi Muhammad , para Shahabat, Tabi’in, tabi’ut tabi’in; dan bahkan tidak dipraktekan oleh pak Imam SMK sendiri sejak awal berdirinya NII Original.

Praktek syahadat yang dilakukan selama ini merupakan praktek yang berbahaya[1], karena jika seseorang yang diajak bersyahadat sebelumnya sudah muslim, maka orang yang mengajak telah memvonis bahwa sebelum bersyahadat dia itu kafir, dan barang siapa yang mengkafirkan seorang muslim, maka kekafiran itu akan berbalik kepadanya.

Tidak ada istilah “tidak dapat disebut”, atau “kondisi antara muslim dan non-muslim”, atau kondisi antara mu’min dan non-mu’min dalam hukum Islam. Karena itu adalah pemahaman golongan Mu’tazilah yang menyimpang.

Anak yang lahir dalam keluarga Islam adalah muslim, kecuali orangtuanya atau anak itu sendiri yang merubahnya.

Perlu ditegaskan apakah praktek komitmen yang dilakukan oleh Neo-NII selama ini adalah syahadat atau baiat. Baiat dan syahadat memiliki konsekuensi yang jauh berbeda dan harus terpisah.

Pemahaman syahadat dan konsekuensi fiqih yang dipraktekan oleh Neo-NII selama ini merupakan pemahaman yang membatalkan keislaman pengajak dan pengajarnya, sehingga harus segera dievaluasi dan diubah.

Baca Juga:

REFERENSI:

[1] Berdasarkan pendapat para ulama kontemporer di Indonesia mengenai hal ini seperti Ust Firanda Andirja, Buya Yahya, Ustaz Abdul Somad yang dapat diakses melalui youtube: https://youtu.be/QIc5SzGchRA, https://youtu.be/m_SF-T-6QpM, https://youtu.be/IpHFAkcxh7c, https://youtu.be/QIc5SzGchRA, https://youtu.be/v8W6NUcLY0M

Support Da’wah dan Kontak Kami di: