Kenabian Sudah Jelas Terhenti
Allah ﷻ berfirman dalam QS Al Ahzab ayat 40 sebagai berikut:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا ࣖ ٤٠
“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Rasulullah ﷺ bersabda: “Kiamat tidak terjadi hingga kabilah-kabilah dari ummatku bertemu kaum musyrikin dan hingga patung-patung disembah dan di tengah-tengah ummatku akan ada tiga puluh pendusta, semuanya mengaku nabi padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi setelahku”[1]
Rasulullah ﷺ bersabda kepada Ali ra.: “Kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa. Hanya tidak ada nabi setelahku”.[2]
Kenabian telah berakhir. Insya Allah sudah sangat jelas kebenarannya dan dijelaskan pula oleh hadits mutawatir yang sangat banyak.
Jumlah Rasul lebih sedikit dari pada Nabi
Abu Dzar bertanya, “Wahai Nabi Allah, berapa jumlah para nabi?”, Rasulullah ﷺ bersabda, “Seratus dua puluh empat ribu (124000), rasul berjumlah tiga ratus lima belas (315), sangat banyak.”[3][4]
Dari jumlah yang disebutkan oleh penggalan hadits shahih di atas, dapat dilihat bahwa jumlah Rasul lebih sedikit dari pada jumlah Nabi. Oleh karena itu Ibnu Katsir mengatakan bahwa Rasul itu lebih khusus dari pada Nabi. Dengan demikian, setiap rasul adalah Nabi. Keterangan ini semakin menguatkan keyakinan bahwa jika kenabian telah terhenti, maka kerasulan pun otomatis telah terhenti pula
Apakah kerasulan telah terhenti?
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Al Ahzab ayat 40 dijelaskan seperti ini: “Ayat 40 surat Al Ahzab ini merupakan nash yang menunjukkan bahwa tidak ada nabi lagi sesudahnya, dan apabila sudah tidak ada nabi lagi, maka terlebih lagi rasul. Karena kedudukan rasul bersifat lebih khusus daripada kedudukan nabi. Dengan kata lain, setiap rasul pasti nabi, tetapi tidak sebaliknya. Hal ini telah disebutkan oleh banyak hadits mutawatir dari Rasulullah ﷺ melalui riwayat sejumlah para shahabat radhiyallahu ‘anhum.”[5]
Tafsir ini dikuatkan oleh hadits shahih berikut ini: Rasulullah ﷺ bersabda: “Risalah dan kenabian telah terputus, maka tidak ada rasul dan nabi setelahku.” Anas berkata: hal itu memberatkan orang-orang, lalu beliau bersabda: “Akan tetapi yang ada adalah mubasyirat”. Para shahabat bertanya: Apa yang dimaksud mubasyirat wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Mimpi seorang muslim adalah salah satu dari sekian bagian kenabian”. [6]
Hadits serupa diriwayatkan pula oleh Ahmad, no. 13322 [7]
Dalam hadits lain, dikatakan bahwa di akhir zaman akan timbul dajjal pendusta yang mengaku sebagai Rasulullah. Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga ada dua kelompok yang saling berperang, yang keduanya mengaku satu agama (islam)”. Selanjutnya, “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga ada dua kelompok yang saling berperang, ketika itu para korban yang terbunuh sangat banyak padahal keduanya mengaku satu agama (islam) dan tidak akan terjadi hari kiamat hingga timbul para dajjal pendusta yang jumlahnya hampir mendekati tiga puluh orang semuanya mengaku dirinya Rasul Allah”[8]
Dari tafsir dan hadits shahih di atas dapat disimpulkan bahwa kerasulan, baik dengan diksi ‘Rasul’ maupun ‘Rasulullah’ telah terhenti. Sehingga tidak ada lagi – baik sebagai Nabi, sebagai Rasulullah, atau sebagai Rasul yang tertulis dalam Al Quran – setelah Rasulullah Muhammad ﷺ.
REFERENSI:
[1] Hadits Shahih riwayat Tirmidzi no. 2145 (atau no. 2219 versi Maktabatu al Ma’arif Riyadh). Dapat diakses melalui aplikasi “Ensiklopedi Hadits”
[2] Hadits Shahih riwayat Muslim no 4418 (atau no. 2404 versi Syarh Shahih Muslim). Dapat diakses melalui aplikasi android “Ensiklopedi Hadits”
[3] Hadits riwayat Ahmad no. 21257. Hadits serupa terdapat pula pada Ahmad no. 20572 dan no. 20566. Dapat diakses melalui aplikasi android “Ensiklopedi Hadits”. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Misykah. Keterangan keshahihan hadits ini dapat diakses melalui https://konsultasisyariah.com/14320-jumlah-nabi-dan-rasul.html
[4] Jika memiliki akses untuk melihat kitab, dapat dilihat pula pada HR. Ahmad (V/178, 179, 265) dan al-Hakim (II/262) dari Sahabat Abu Umamah. Diriwayatkan juga oleh Ibnu Hibban (no. 94) dari Sahabat Abu Dzarr. Tentang jumlah Nabi dan Rasul riwayatnya shahih dari Sahabat Abu Umamah dan Abu Dzarr Radhiyallahu anhuma, hanya saja terdapat sedikit perbedaan tentang jumlah Rasul, pada sebagian riwayat disebutkan 313 dan pada riwayat yang lain 315, wallaahu a’lam. Lihat Zaadul Ma’aad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad (I/43-44) dan Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 2668). Keterangan ini diperoleh dari https://almanhaj.or.id/3224-iman-kepada-rasul-rasul-allah.html
[5] Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al Ahzab, Hal 23. Diakses melalui aplikasi Android “Tafsir Ibnu Katsir Lengkap”. Dapat juga dilihat di Tafsir Ibnu Katsir versi kitab maupun versi pdf.
[6] Hadits Tirmidzi no. 2198 (No. 2272 versi Maktabatu al Ma’arif Riyadh). Hadits ini dishahihkan oleh Muhammad Nashiruddin Al Albani. Dapat diakses melalui aplikasi android “Ensiklopedi Hadits”
[7] Dapat diakses melalui aplikasi android “Ensiklopedi Hadits”
[8] Hadits shahih riwayat Bukhari no. 3340 (atau no. 3608 dan 3609 versi Fathul Bari). Dapat diakses melalui aplikasi android “Ensiklopedi Hadits”
- […] Bukan untuk Menyembunyikan Pemimpin, Tapi untuk Menyembunyikan Strateginya […]
- […] Sholat Tidak Penting, yang Penting Infaq […]
- […] Makna daana-yadiinu-diinan (دَانَ – يَدِىْنُ – دِيْنً) Berdasarkan Ha… […]
- […] Pemimpin mengatur pernikahan dan perceraian […]
- […] Makna daana-yadiinu-diinan (دَانَ – يَدِىْنُ – دِيْنً) Berdasarkan Ha… […]
Support Da’wah dan Kontak Kami di:
7 Comments