Ya, ternyata, fisik Rahmi yang bertambah beratnya sekitar 10 kg setahun yang lalu membuat Roni jadi ragu menikahinya. Roni sebagai pimpinan harian memang punya hak mutlak untuk menentukan kapan pernikahan itu dilaksanakan, apakah disegerakan atau ditunda. Pimpinan harian dalam lembaga memang punya hak untuk mentaarufkan siapa dengan siapa, menikahkan siapa dengan siapa, kapan waktunya. Pimpinan juga berhak menginstruksikan perceraian. Jadi, Roni sebagai pimpinan harian punya kekuasaan besar atas rencana pernikahannya dengan Rahmi.
Mendengar jawaban ‘kesiapan fisik’ itu, mental Rahmi ambruk. Rahmi menangis dan sering menangis setiap hari. Rahmi merasa dirinya tidak berharga sebagai seorang muslimah, juga sebagai seorang wanita. Walaupun Rahmi telah berhasil menurunkan berat badannya, Rahmi tetap merasa jelek, merasa buruk, merasa tertolak. Sakit, pedih, itu yang Rahmi rasakan setiap mengingat jawaban Roni tersebut. Roni menunda pernikahan begitu lama hanya karena fisik Rahmi yang tidak memenuhi syarat Roni.
Di masa-masa menggantung ini, Rahmi sering merasa pedih, merasa sedih. Jika Roni memang berniat menikahinya, mengapa Roni menunda taaruf begitu lama? Mengapa Roni menunda menikah dengan Rahmi hanya karena Rahmi lebih gendut? Mengapa Roni punya hak mutlak untuk menentukan semuanya? Mengapa Roni tidak memilih Rahmi murni karena agamanya saja? Bukankah pengorbanan Rahmi untuk perjuangan telah begitu besar? Mengapa begitu Rahmi menjadi lebih gendut, Roni jadi enggan menikahinya? Apa tidak ada faktor lainnya pada diri Rahmi selain fisik belaka?
Baca juga: Pimpinan Mengatur Pernikahan dan Perceraian
Dalam kekalutan itu, Rahmi bertekad bahwa dia tidak ingin dinikahi karena fisiknya atau prestasi akademiknya saja. Rahmi ingin dinikahi karena agamanya, karena aqidahnya, karena loyalitasnya terhadap Islam. Rahmi mengubah kebiasaannya secara total. Rahmi membiasakan sholat Rawatib 12 rakaat. Bulan pertama, membiasakan sholat qobla shubuh. Bulan kedua, menambah dengan membiasakan sholat qobla dzuhur. Bulan ketiga, menambah dengan membiasakan sholat ba’da zhuhur. Begitu seterusnya, menambah dan melaksanakan satu kebiasaan setiap bulan.
Bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang… (QS 20:130)
Setiap sore, Rahmi juga meluangkan waktu satu jam di masjid kampusnya untuk mengulang-ulang dan menghafal murottal Al Qur’an untuk menyembuhkan sakit hatinya. Berbagai sholat sunnah, one day one juz, tahfizh, dzikir, shaum, semua dilakukan habis-habisan. Semua dilakukan untuk menyembuhkan pedih hatinya. Selain untuk menyembuhkan hatinya, Rahmi juga bertekad agar dengan amal-amal inilah Rahmi bisa lebih ‘berharga’, sehingga ia dinikahi karena amal ibadahnya inilah, bukan karena fisiknya.
“Hendaklah kamu pilih yang memiliki agama, agar kamu beruntung”
Nabi Muhammad ﷺ
Faktor penunda lainnya, yaitu markas dan tesis Roni
Beberapa saat kemudian, markas lembaga pindah ke daerah Bandung Tenggara. Roni dan bawahannya pun sibuk mempersiapkan markas tersebut agar siap digunakan untuk berbagai program lembaga. Dari mulai bersih-bersih, penjahitan korden, furnitur, AC, semua anggota turut mengerahkan apa yang mereka mampu untuk markas baru ini. Sehingga, ini menjadi alasan lainnya bagi Roni untuk menunda proses taaruf dengan Rahmi.
Bersambung –>
8 Comments