Namun, kegiatan Rahmi dan Roni di unit keprofesian yang terlalu sering bertemu membuat Rahmi sangat sulit menekan perasaannya. Bertemu lagi, bertemu lagi. Namun, Rahmi berusaha keras untuk menjauh dari Roni sebisa mungkin untuk menjaga hatinya. Menjaga hatinya untuk benar-benar hanya terisi oleh Allah, bukan terisi oleh rasa kagum kepada Roni. Sebisa mungkin, kerjaan di kampus dikerjakan di rumah, jangan di lab, karena di lab pasti bertemu Roni yang mempesona itu.
Rahmi menjauh, Roni mendekat
Anehnya, sementara Rahmi berusaha keras menjauh dari Roni, Roni malah semakin sering mendekat ke Rahmi. Roni sudah lulus, sementara Rahmi harusnya lulus satu tahun lagi. Tapi Roni masih saja sering nongkrong di laboratorium tempat Rahmi ‘ngoprek’ roket. Memang Rahmi masih sering bolak-balik lab untuk mempersiapkan lomba roket terdekat. Di lomba yang Rahmi ikuti, Roni juga menawarkan bantuan mekanik dari mulai pemesanan mesin, desain bodi, perakitan, dan seterusnya sampai roketnya benar-benar jadi. Rahmi tinggal memprogram roketnya saja. Benar-benar sulit bagi Rahmi untuk menolak ‘kedatangan’ Roni untuk sekadar menjaga hati.
Proposal Roni kepada Orangtua
Dan memang sesuai dugaan, diam-diam ternyata Roni pun menyukai Rahmi dan terbukti secara aktif mendekati. Oleh karena itulah Roni terus mendekati Rahmi, agar bisa mengajukan kepada orangtua lembaga bahwa dirinya cocok dengan Rahmi. Roni, yang saat itu menjabat sebagai pimpinan harian meminta kepada orangtua lembaga untuk bisa menikah dengan Rahmi. Namun pada saat itu di lembaga, hal ini tidak bisa diterima, karena seorang kader tidak boleh meminta nikah, tidak boleh mengajukan pernikahan, tidak boleh memilih pasangan. Roni berusaha keras mengajukan kepada orangtua lembaga agar Rahmi bisa menjadi pasangannya dengan memberikan bukti-bukti bahwa betapa banyak persamaan yang mereka miliki.
Proposal Roni kepada orangtua lembaga ini membuat heboh satu jaringan. Terjadi banyak perdebatan berkepanjangan apakah seorang laki-laki boleh memilih pasangan atau tidak. Bagi orang muslim kebanyakan, tentunya ini dengan mudah diketahui dari Al Qur’an, Hadits dan Sunnah, bahwa memilih pasangan itu boleh, begitupun menolak lamaran. Namun, tidak bagi kader lembaga. Kader lembaga sudah terdoktrin bahwa memilih pasangan itu tidak boleh, memilih pasangan itu pasti karena hawa nafsu, pasangan itu harus ditentukan pimpinan. Begitu sudah ditentukan, harus diterima. Jika tidak menerima perintah pimpinan, maka tidak taat.
Bagi kader yang menganggap bahwa lelaki itu boleh memilih pasangannya sendiri, siap-siap saja menerima hujatan dari kader yang lain. Roni pun mendapat banyak sekali hujatan dari kader lainnya karena proposalnya. Padahal, Roni tidak melanggar syariat apapun. Roni memang membantu dan mendekati Rahmi, tapi Roni tidak pernah menyentuh Rahmi. Roni tidak pernah mengajak Rahmi berduaan. Roni tidak pernah berbicara mesra kepada Rahmi.
Tidak diduga, ternyata orangtua lembaga merestui Roni untuk menikah dengan Rahmi. Tentu ini membuat Roni lega. Namun, ini hanya diketahui oleh Roni dan jajaran pimpinan. Karena memang begitulah birokrasi lembaga. Urusan munakahat memang hanya pimpinan level atas saja yang tahu. Umat tidak mengetahuinya, tiba-tiba dijodohkan saja. Begitupun Rahmi, tidak mengetahui bahwa akan dinikahkan dengan Roni. Sementara Roni sudah tahu. Ini tidak adil.
Namun perkataan-perkataan murobbi di pembinaan yang sepertinya ‘mengarahkan’ Rahmi untuk menikah membuat Rahmi mulai menyadari bahwa sepertinya Rahmi memang akan dinikahkan dengan Roni. Rahmi pun bertabayyun kepada pimpinan terdekat yaitu kang Ario, apakah benar Rahmi akan dinikahkan dengan Roni? Dan Kang Ario mengatakan, “jangan bilang siapa-siapa”. Nah, jawaban ini otomatis membuat Rahmi yakin bahwa pimpinan akan menikahkannya dengan Roni.
Bersambung —>
8 Comments