Apakah tepat Diin (الدِّيْنُ) itu diterjemahkan menjadi Negara?
Sebagian besar kader Neo-NII menafsirkan ad-Diin adalah lembaga kekuasaan, yaitu negara. Lalu dijelaskan pula bahwa ad-diin memiliki hukum atau undang-undang, ada masyarakat yang loyal atau tunduk kepada kekuasaan dan ada mekanisme pembalasan bagi yang mengikuti dan juga bagi yang membangkang. Berikut ini adalah penjelasan mengapa tafsir ad-diin = negara adalah salah.
- Tiga persen kata ad-diin dalam al-Qur’an memang berarti kekuasaan, namun kekuasaan dengan negara itu adalah entitas atau hal yang berbeda. Agar lebih terbayang bagaimana bentuk “kekuasaan”, coba perhatikan definisi kekuasaan dalam bahasa Inggris yaitu ‘power, authority, dominance, rule, control, reign, domination’. Sedangkan jika kita perhatikan terjemah bahasa Inggris dari ‘negara’ yaitu state, nation, polity, country. Jika kita perhatikan translasi keduanya saja, kita sudah menemukan nuansa yang berbeda antara ‘kekuasaan’ dan ‘negara’. Salah satu tips untuk memahami suatu kata adalah melihat hasil search di Google Image[1]. Dan di bawah inilah ilustrasi ‘kekuasaan’ dan ‘negara’ dari google image.
Kekuasaan adalah kontrol, dominasi atau otoritas – tidak harus berbentuk negara. Sebagai contoh, seseorang dapat saja ‘menguasai’ seorang lainnya tanpa harus menjadi presiden negara. Dan seorang bos bisa saja ‘menguasai’ pegawainya tanpa harus berada dalam negara. Kita lihat contoh percakapan Umar dan pedagang di pembahasan sebelumnya, dinar dan dirham (uang) bisa saja ‘menundukkan’ manusia. ‘Kekuasaan’ adalah istilah abstrak yang lepas dari dimensi ruang, sedangkan ‘negara’ harus memiliki wilayah untuk menegakkan kekuasaannya. Jadi, ad-diin bukanlah negara.
2. Kata dalam bahasa Arab yang mengacu kepada negara bukanlah ‘ad-diin’. Dalam bahasa Arab, kata-kata yang digunakan untuk mengacu pada negara adalah البَلَدُ, دَولَةُ, وَطَنٌو dan lainnya (gambar di bawah ini). Tidak akan kita temukan dalam kamus manapun dan translasi manapun, الدِّيْنُ artinya negara atau negara diterjemahkan ke bahasa Arab menjadi الدِّيْنُ.
3. Jika menggunakan perwujudan dari tauhid rububiyah, tauhid mulkiyah dan tauhid uluhiyah pun, maka الدِّيْنُ adalah perwujudan dari tauhid rububiyah, bukan tauhid mulkiyah. Perwujudan tauhid rububiyah adalah Al Qur’an dan As Sunnah, perwujudan tauhid mulkiyah adalah adanya pemerintahan Islam murni yang memiliki wilayah dan berdaulat, dan perwujudan tauhid uluhiyah adalah adanya abdi-abdi Allah. Sehingga, yang tepat adalah, الدِّيْنُ adalah undang-undang negara yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah, namun bukan negara itu sendiri.
4. Ad-Diin dapat berarti kekuasaan, namun itu bukan satu-satunya makna. Apa makna الدِّينُ tergantung konteksnya, tidak semua penggunaan kata الدِّينُ artinya negara. Hal ini akan dijabarkan di pembahasan selanjutnya.
REFERENSI:
[1] Gabriel Wyner, “Fluent Forever: How to Learn Any Language Fast and Never Forget It”, Publisher: Harmony, 2014.
Persahabatan yang Bertepuk Sebelah Tangan (Part 2)
“Aku ketemu sama dia, sekarang udah berani pakai celana.”“Iya, kan? Sejak “keluar”, dia jadi beda.”“Berani deket sama cowok, lagi.”“Iya. Kerudungnya juga udah nggak panjang lagi.” Dua perempuan yang termasuk senior di kelompok ngajiku ngobrol dengan suara keras. Membicarakan Teteh A, yang dikabarkan membatalkan baiatnya dan keluar dari lembaga NII. Kami, para “junior” pura-pura tidak dengar.…
Pimpinan Laksana Tuhan
Bayangkanlah kamu adalah anggota lembaga yang rajin acara dan infaq persenan. Ketaatanmu pada Pimpinan sungguh luar biasa. Tapi, sadarkah kamu akan bahaya kesyirikan yaitu menuhankan Pimpinan? Kamu memang tak menyembahnya, tapi kamu ikuti semua perintahnya, yang halal jadi haram, yang haram jadi halal, yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya kamu lakukan, yang diperintahkan oleh Allah…
Larangan Infaq 10% dan Porsi Infaq Seharusnya
Ada jaringan dalam lembaga Neo-NII yang mewajibkan umatnya untuk infaq sebesar 10% dari penghasilan. Bagaimana ajaran Islam menyikapi ini? Mari kita lihat hadits Rasulullah ﷺ berikut: Hadits 1 عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : { تُفْتَحُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ نِصْفَ اللَّيْلِ فَيُنَادِي مُنَادٍ هَلْ مِنْ دَاعٍ فَيُسْتَجَابُ لَهُ ؟ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَيُعْطَى ؟…
Support Da’wah dan Kontak Kami di: