Bukan untuk Menyembunyikan Pemimpin, Tapi untuk Menyembunyikan Strateginya
Renungan Mengenai Transparansi Pemimpin
By: QL, H, YHR, MZ
Di lembaga Neo-NII, pemimpin disembunyikan dengan alasan amniyah (keamanan), agar tidak diketahui siapa pemimpin sebenarnya oleh rezim. Tapi, ini sangat berbeda dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ merupakan sosok yang pemberani. Rasulullah ﷺ berani menyatakan siapa dirinya, berani diancam dibunuh dan dilempari kotoran. Dia tidak takut dan tidak gentar namanya tercemar karena da’wah.
Saat Muhammad ﷺ dalam perjalanan hijrah ke Yatsrib (sekarang Madiinah), banyak umat muslim di Yatsrib yang memang tidak mengetahui bagaimana sosok Nabi Muhammad ﷺ secara fisik, namun mereka mengetahui bahwa nama sang pemimpin adalah Muhammad, sosok yang penuh kemuliaan. Selain itu, Rasulullah ﷺ dahulu mengirim surat kepada raja-raja untuk mengajak masuk Islam, dan dengan jelas dalam surat tertera “Dari Muhammad, utusan Allah”. Dalam da’wah, Nabi ﷺ tidak pernah menyembunyikan namanya. Begitulah sunnahnya.
Sosok Pemimpin dalam Islam lainnya yang berani menyatakan dirinya adalah Umar bin Khattab. Saat beliau masuk Islam, beliau berani menyatakan keislamannya di hadapan kafir Quraisy. Sejak keislaman Umar bin Khattab lah, pola da’wah Islam berubah dari sembunyi-sembunyi menjadi terang-terangan. Di masa kepemimpinan Umar bin Khattab pula, wilayah khilafah islam mengalami ekspansi. Sosok pemimpin kontemporer lainnya adalah pemimpin Hizbut Tahrir yaitu Syekh Atha dan pemimpin mujahid Afghanistan melawan pasukan Rusia yaitu Abdullah Azzam. Walaupun gerakan perjuangan mereka harus tersembunyi karena kondisi, namun nama pemimpin gerakan diketahui oleh kader/umatnya. Khutbah dan bagaimana arahan pemimpin dalam perjuangan mudah diakses melalui selebaran dan sosial media.
Dengan adanya transparansi (minimal nama, karakter dan arahannya), kita mengerti bagaimana sosok pemimpin yang kita ikuti. Sebagai contohnya, banyak umat Islam Indonesia yang menjadikan Ustadz Adi Hidayat menjadi rujukan dan teladan. Banyak umat yang merasa tidak memiliki kapasitas dalam masalah ilmu agama. Sehingga yang harus dilakukan adalah bertanya dan mencari tahu sosok yang memang alim dalam hal ilmu agama. Karena umat tahu Ust Adi Hidayat, contohnya, adalah sosok yang mumpuni secara ilmu, juga secara adab dan akhlak yang ditunjukkannya, umat merasa terjamin atas pemahaman yang disampaikan beliau.
Nah, tidak ada transparansi pimpinan ini menimbulkan pertanyaan:
Jangan-jangan, da’wah sembunyi-sembunyi yang dilakukan Neo-Nii bukan untuk menyembunyikan pemimpin, tapi untuk menyembunyikan strateginya. Lagipula, dulu da’wah sembunyi-sembunyi oleh Rasulullah ﷺ itu hanya tiga tahun. Kalau sekarang? Sudah berapa lama kita jalan di tempat? Adakah evaluasinya?
Lalu, kenapa sosok pemimpin ini sampai sekarang DIAM SAJA seolah-olah NII sudah tidak ada sehingga masyarakat Indonesia tidak tau bahwa NII bahkan pernah eksis di negeri ini?
Baca Juga:
Hancurnya Adab di NII – Peremehan atas Nabi Muhammad ﷺ Sebelum Diangkat Menjadi Rasul
Berkali-kali Pun Kau Memberi Masukan ke Atas, Tidak Akan Ada Follow-Up
Support Da’wah dan Kontak Kami di:
8 Comments